Kita sebagai masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Jawa tentu mengetahui makanan bernama tempe. Tempe menjadi makanan keseharian yang sangat mudah dijangkau. Kita bisa membeli tempe di pasar, super market, warung, bahkan di restoran.

Apa itu tempe?

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai yang secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”. Melalui proses fermentasi, biji kedelai mengurai menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna. Hingga saat ini belum ada sumber pasti kapan tempe ditemukan. Namun berdasarkan Badan Standarisasi Nasiona (BSN) 2015 mengungkapkan tempe sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak berabad-abad silam, khususnya Yogyakarta dan Surakarta.

Bagaimana sejarah dan perkembangan tempe?

Dalam manuskrip Serat Centhini masyarakat Jawa pada abad ke-16 telah mengenal “tempe”. Serat Centhini menyebutkan istilah jae santen teme (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srudengan (tempe serundeng).

BSN (Jakarta, 2012) juga mengungkapkan bahwa kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan tempe segar yang juga berwarna putih.

Hal ini sangat memperkuat bahwa tempe memang makanan khas Indonesia. Nenek moyang kita sudah mengenal tempe, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Hingga saat ini tempe masih eksis beredar sebagai salah satu makanan favorit bagi masyarakat.

Dilihat dari perkembangannya, maka jelas bahwa Indonesia menjadi negara produsen tempe terbesar di dunia. Selain itu, negara kita juga menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dijadikan untuk memproduksi tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai sekitar 6,45 kg.

Biasanya masyarakat menjadikan tempe sebagai makanan pendamping nasi. Namun seiring berkembangnya waktu cukup banyak hasil olahan tempe yang diproses dan dikonsumsi. Contohnya, tempe keripik yang berasal dari tempe dikeringkan dan bisa tahan lama.

Tempe kaleng Indonesia mendunia

Ternyata selain telah memperoleh standarisasi dari BSN, tempe kini juga mulai mendunia. Salah seorang pengusaha tempe asal Magelang bernama Eko Suwarni membawa tempe go international. Ia memiliki inovasi yang unik, dimana ia membuat tempe kaleng. Umiyakko Javafood adalah nama yang diberikan untuk tempe kaleng tersebut. Ia mulai merintis usahanya sejak Oktober 2015, dimana pada saat itu dirinya dilantik menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Kejati Yogyakarta.

Diliput dalam Lipimedia (Sept,2017) Eko Suwarni adalah perempuan kelahiran Cilacap yang mulai merintis usahanya dari bawah. Ia mengungkapkan bahwa dirinya memulai usahanya sepulang dari Ibadah Haji 2015. Eko memilih tempe karena ia beranggapan bahwa tempe adalah makanan yang paling sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Tempe mudah dijangkau, harganya murah, dan gizi nya banyak. Sehingga Eko  ingin memperkenalkan tempe ke dunia.

Ia melakukan penelitian bersama Lipi dan prosesnya pun tidak mudah. Hingga dapat memproduksi tempe kaleng ini, ternyata membutuhkan riset yang cukup lama. Riset dilakukan sejak 2007 dan sempat vakum beberapa saat sebelum akhirnya diproduksi dan dipasarkan (Tempo, Desember 2017). Pemasaran tempe kaleng ini dilakukan dengan cara kerja sama dengan agen tour and travel. Ia juga sudah berencana menggandeng rumah sakit (RS) yang ada di luar negeri dan dalam negeri, dengan harapan tempe buatannya dapat dikolaborasikan dengan makanan internasional lainnya untuk para pasien. Tidak hanya itu, tempe kaleng Umiyakko ini juga memanfaatkan sosial media untuk melakukan promosi. Produksi tempe kaleng UMKM ini pun membuahkan hasil. Belum lama diberitakan bahwa Umiyakko Javafood memperoleh pesanan tempe kaleng sebanyak 100 ribu untuk Republik Ceko. Hal ini diketahui dari akun Twitter Ganjar Pranowo. Dalam akun @ganjarpranowo menulis, “Alhamdulillah … hasil UFTR … UKM Umiyako yaitu Tempe Kaleng dr Magelang mendapatkan order dr Republik Ceko sebanyak 100.000 kaleng … jika harga sepakat akan dilakukan repeat order @dinkopjateng.”

Tempe kaleng Umiyakko Javafood menjadi salah satu contoh bahwa UMKM di Indonesia memiliki ruang untuk bisa go international. Perjuangan yang harus dilakukan jelas tidaklah mudah, tetapi Umiyako Javafood dapat membuktikan bahwa tempe kaleng produksinya berkualitas. Eko Suwarni menjadi salah satu sosok perempuan yang dapat menginsipirasi semua pengusaha UMKM di Indonesia. Dari akun media sosial Ganjar Pranowo juga menunjukkan bahwa pemerintah mendukung UMKM untuk maju dan berkembang. Pengusaha-pengusaha dapat mengembangkan usahanya dan ikut terlibat dalam pasar internasional.

Nantikan training pengembangan UMKM bersama excellence.asia SEGERA!