Nurwahidah Wiwi yang akrab disapa Nurwahidah adalah sosok perempuan asal Makassar yang berhasil membangun brand fashion bernama Famode. Ia memulai bisnis dari seorang reseller ketika masih kuliah. Kini siapa sangka Nurwahidah sudah menjadi entrepreneur muda yang memproduksi fashion hijab dengan brand Famode. Perempuan asli Makassar berusia 26 tahun ini berhasil mengembangkan bisnis fashion hijab di daerah Makassar dan sekitarnya.

“Dalam pelatihan EXCELLOKA saya mendapatkan satu pesan, dimana untuk membuat produk kita tetap bagus dan dikenal orang, maka kita harus memiliki nilai produk yang ditanamkan,” ungkap Nurwahidah dalam wawancara dengan excellence.asia.

Nurwahidah adalah salah satu peserta pelatihan EXCELLOKA by excellence.asia dalam kolaborasi dengan MAKERFEST by Tokopedia di Makassar. EXCELLOKA by excellence.asia bertujuan untuk memberdayakan Small Business Owner dengan memberikan knowledge dan skill yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis, mulai dari Sales, Marketing, Finance, Accounting, Legal, Tax, Operation, dan lain-lain, secara GRATIS.

Memulai Bisnis Fashion dari Hobi

“Dulu ketika kuliah memang saya uda suka fashion, mulai dari beli baju hingga nonton fashion show. Nah, awalnya saya suka beli baju online tetapi karena ongkos kirim dari Jakarta ke Makassar itu lumayan mahal jadi saya bikin grup BBM. Saya mengajak teman-teman untuk beli bareng biar ongkir nya murah. Eh, lama kelamaan saya diminta teman-temen untuk upload rekomendasi baju-baju. Akhirnya saya jadi reseller,” cerita Nurwahidah.

Famode tidak muncul begitu saja. Nurwahidah menceritakan bahwa dirinya sempat mengalami jatuh bangun dalam berbisnis. Bisnis ini dimulai tahun 2012 saat dirinya masih menjalani masa kuliah. Bermodalkan blackberry Nurwahidah membuka online shop bernama Pilovchimz. Target market Pilovcimz saat itu adalah teman-teman kuliahnya. Tak disangka bisnis ini berjalan lancar, perbulan ia bisa menjual 200-400 pcs baju. Hal ini jelas menjadi motivasi bagi Nurwahidah untuk semakin semangat dalam berbisnis.

“Awalnya cuma satu grup dari satu Blackberry yang saya pakai. Saat itu saya mencoba tools Twitter marketing hingga bisa memperluas pasar. Hingga berkembang jadi 20 grup, di mana setiap grup menampung 30 orang dan saya menggunakan 2 Blackberry,” ungkap Nurwahidah.

Bisnis ini berjalan dengan lancar hingga tahun 2014 dan memutuskan untuk berhenti karena dirinya harus menyelesaikan tugas akhir kuliah. Namun tidak berhenti sampai di sini. Pada masa transisi setelah lulus kuliah menuju dunia kerja, Nurwahidah dengan gigih memulai bisnis fashion lagi. Ia mulai mengembangkan akun Instagram dari Pilovcimz dan mencoba peluang bisnis dengan memproduksi pakaian sendiri.

Januari 2017 Nurwahidah melakukan rebranding Pilovcimz dengan nama baru, yakni Gaunink. Ia memberanikan diri untuk mencoba memproduksi busana hijab dengan menyasar target market middle-up.

“Kebetulan mama saya seorang penjahit, kita produksi sendiri sebanyak 40 pakaian. Namun ternyata konsep ini kurang berhasil, kurang laku baju-bajunya,” ungkap Nurwahidah.

Sebagai entrepreneur muda, Nurwahidah terus berjuang mengembangkan bisnisnya. Kegagalan bukan berarti berhenti. Dari sini lah Nurwahidah semakin menguatkan tekad dan memberanikan diri untuk terjun dalam bisnis fashion yang sesungguhnya. Dari sini ia memulai bisnis yang ia beri nama Famode.

Baca juga : 5 Tips Mengelola Operasional Bisnis Kamu secara Efisien

Bagaimana rahasia Nurwahidah mengembangkan bisnis fashion Famode?

“Famode sebenarnya berasal dari kata pamode, orang Makassar mengartikan pamode sebagai orang yang berpenampilan modis. Saya memperhalus menjadi Famode,” jelas Nurwahidah.

Setelah lulus kuliah Nurwahidah hijrah ke Jakarta untuk bekerja. Walaupun bekerja, Nurwahidah tidak begitu saja melupakan bisnisnya. Ia mulai blusukan untuk menemukan bahan-bahan yang berkualitas dan mencari penjahit potensial. Sambil bekerja Nurwahidah membuat akun Instagram baru. Ia membuat Instagram Famode sejak bulan Maret 2017.

“Saat itu akun instagramnya belum ada foto produknya. Selama sebulan saya cuma follow dan unfollow. Saya cuma bikin feed coming soon untuk membuat orang-orang penasaran. Saya juga sengaja private akun instagram Famode, eh gak nyangka ada 1000 an akun request follow Famode,” kata Nurwahidah.

Pemilik Famode ini menggunakan gaji yang diperoleh selama bekerja untuk modal awal bisnis. Melihat peluang menjadi salah satu kunci keberhasilan Nurwahidah sebagai entrepreneur. Pada bulan April 2017 dia memberanikan diri untuk memproduksi 400 baju dengan konsep fashion hijab dengan harapan pada bulan Ramadhan akan terjual.

“Bulan Mei 2017 followers Famode sampai 7000, saat itu saya juga menggunakan selebgram untuk endorse. Alhamdulillah 400 pcs baju terjual habis selama bulan Ramadhan 2017,” ungkap Nurwahidah.

Inilah titik awal Nurwahidah mengembangkan Famode. Tidak hanya berjualan secara online, Nurwahidah memperoleh kesempatan untuk ikut pameran dari Dinas Perdagangan Kota Makassar.

“Semua ini serba kebetulan. November 2017 itu ada pameran UKM yang diadakan oleh Dinas Perdagangan di salah satu mall di Makassar. Ternyata dari kecamatan saya gak ada yang mewakili. Kebetulan teman saya ada yang bekerja di Dinas Perdagangan terus nawarin ke saya mau gak pakai stand gratis 2 hari untuk jualan, kan lumayan. Ini jadi kesempatan buat belajar,” cerita Nurwahidah.

Belajar dari pengalaman ikut pameran ini saya mulai belajar untuk mencari peluang pasar baru dengan mengikuti pameran. Bulan Januari 2018 ia mengikuti pameran lagi di salah satu mall di Makassar.

“Awalnya saya gak berani karena biaya sewa stand pameran kan mahal. Tetapi saya coba pelajari gimana kalau ikut pameran lagi. Alhamdulillah saya ikut pameran lagi dan semua berjalan lancar hingga saat ini,” tutur Nurwahidah.

Kunjungi Instagram Famode https://www.instagram.com/famodeclothing/

Tips & trik Nurwahidah mengelola operasional bisnis Famode

Nurwahidah menggeluti bisnis fashion hijab karena ia menyukai bidang ini sejak awal. Namun bukan berarti ketika Famode sudah berkembang tidak membutuhkan pengelolaan yang baik. Bukan hanya melangkah, tetapi Nurwahidah berlari untuk maju dan membuat bisnisnya sukses. Banyak mengikuti pameran tidak membuat kewalahan dalam mengelola bisnis. Ia memiliki tips & trik terutama dalam mengelola operasional bisnis, mulai dari karyawan hingga produksi barang.

“Saya banyak pakai karyawan freelance, terutama yang baru lulus kuliah dan sedang dalam masa transisi ke dunia kerja. Freelance ini per-event terutama saat pameran-pameran,” kata Nurwahidah.

Hal ini dilakukan oleh Nurwahidah sebagai salah satu strategi untuk menekan biaya pengeluaran. Tidak hanya itu, untuk berkomunikasi dengan vendor (penjahit) dirinya memanfaatkan Whatsapp sebagai salah satu sarana. Saat ini Nurwahidah bekerja sama dengan beberapa vendor di Jakarta dan Bandung.

“Kalau pemesanan 100-200 saya biasa via Whatsapp aja ke vendor. Namun kalau jumlahnya banyak banget saya pasti ketemu langsung karena semua pola dan gambar desain baju dari mama dan saya,” ungkapnya.

Hal ini menunjukkan bahwa bisnis tidak harus dikelola pada satu lokasi. Nurwahidah mencoba membangun sistem bisnis yang lebih fleksibel, tetapi tetap berjalan dengan lancar. Saat ditanya terkait kendala dalam berbisnis fashion, Nurwahidah tidak mengelak bahwa dalam berbisnis pasti ada kendala tetapi harus mencoba menemukan solusi yang terbaik.

“Kalau pesanan dalam jumlah banyak kadang itu baju yang datang harusnya lengannya panjang, tapi sama penjahitnya dibuat pendek. Atau misalnya harusnya ada kancing di belakang tetapi gak dipasang kancing, ada juga salah potong pola jadi nya bajunya kecil. Nah kalau kayak begini ya harus kreatif, kita bongkar bajunya dan dimodifikasi jadi tetap bagus dan bisa dijual,” cerita Nurwahidah.

Resolusi 2019 yang dilakukan untuk Famode

Saat ditanya cita-cita Nurwahidah terhadap Famode, ia menjawab bahwa ingin agar Famode semakin dikenal banyak orang. Harapannya, Famode dapat dikenal sebagai brand fashion hijab yang berkualitas dan memiliki nilai produk.

“2019 nanti saya akan semakin mengembangkan bisnis Famode. Saat ini penjualan masih lebih banyak secara offline, karena saat kita upload gambar di instagram ternyata baru 2 hari stok barang uda habis. Padahal kita sudah bikin rata-rata 100 pcs per model. Nah, tahun 2019 kita akan benahi agar bisa semakin mengembangkan sayap dengan masuk ke banyak platform retail belanja online,” ungkap Nurwahidah.

Famode optimis hal ini bisa dilakukan. Nurwahidah bercerita bahwa ia ingin agar Famode tidak hanya dikenal oleh masyarakat Makassar, tetapi juga di luar Makassar. Salah satu langkah konkret yang sudah dilakukan adalah dengan mengikuti pameran di Grand Indonesia.

“Tidak hanya memperluas pasar, saya juga akan belajar mengembangkan ilmu. Januari 2019 InsyaAllah saya akan mulai sekolah lagi untuk memperdalam ilmu tentang dunia fashion di Esmod Jakarta,” ungkap Nurwahidah.  

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *