Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang teman, “Takut ngga dengan banyaknya orang yang terjun ke digital? Memperebutkan pasar yang sama”. Saya menjawab saya tidak takut, karena selama ini saya bukan fokus bagaimana menghadapi komeptitor, tapi bagaimana melakukan inovasi.

Di industri digital di mana saya sebagai trainer atau pun COO dari Upnormals Pingfans yang bergerak di bidang digital strategy, kompetitor muncul hampir setiap hari. Karena hambatan untuk masuk ke industri ini hampir bisa dibilang tidak ada, baik dari segi permodalan atau pun dari sisi pengetahuan. Ilmunya bisa diriset, dan diakses dengan gampang via mesin pencari. Sementara industrinya melejit dengan pesat, lalu siapa yang tak akan tergiur.

Lalu bagaimana mensiasati dan melakukan inovasi? Inovasi akan terus menerus dilakukan, saya percaya dengan prinsip Kaizen, perbaikan terus menerus. Banyak hal yang saya lakukan, untuk terus melakukan inovasi;

Selalu Mendengarkan dan Mengamati

Saya selalu belajar menjadi pendengar yang baik,  baik itu ketika ngobrol langsung atau mendengarkan perbincangan di social media. Mendengarkan dan mengamati bukan hanya mereka-mereka yang ada di bidang digital, tapi semua orang dari berbagai kalangan. Karena inovasi itu terkadang muncul terinspirasi oleh sesuatu yang di luar dari lingkaran industri.

Misalnya memahami dari perspektif konsumen, bener ngga mereka mempersepsikan seperti visi pembuatnya? Saya bahkan suka ngobrol dengan driver Uber atau Go-Jek atau siapapun yang ditemui untuk kemudian belajar banyak hal dari mereka. Opini mereka tentang aplikasi yang mereka gunakan itu dll.

Jalan-Jalan

Bagi saya tujuan utama jalan-jalan itu bukan mengumpulkan foto-foto selfie untuk diupload. Jalan-jalan adalah untuk melihat sesuatu yang berbeda, melihat sesuatu dengan cara pandang baru, di tempat baru di mana budaya, tata cara dlll berbeda dengan yang saya tahu.

Itu sebabnya sering kali ketika jalan-jalan saya pergi ke pasar tradisional, sekedar untuk mengamati kegiatan dan keseharian masyarakat lokal. Saya juga sering kali pergi ke negara-negara lain untuk melihat perkembangan digitalnya seperti apa? Faktor apa yang menyebabkan mereka lebih berkembang? atau justru lebih terbelakang dibanding Indonesia?

Dari itu semua saya mendapatkan jawabaan atas pertanyaan mengapa? Mengapa bisa begini? Mengapa begitu?

Membaca

Saya sangat suka membaca sejak SMA sampai dengan sekarang. Walaupun sekarang sudah sangat canggih, banyak blog bertebaran, godaan digital dan social media sangat tinggi. Tapi saya masih rutin membaca buku, paling tidak menyelesaikan satu buku per bulan. Saya juga membaca blog-blog, jurnal online, dan artikel online yang disebar oleh teman-teman di social media.

Dan sekali lagi yang saya baca tidak harus ada kaitannya dengan digital, saya membaca banyak topik. Tentu topik yang rutin saya baca adalah rubrik teknologi, tapi juga membaca tentang ekonomi, politik, leadership, travelling. Dan yang mungkin agak jauh saya juga membaca karya-karya sastra. Karena menurut saya, dunia tanpa sastra dan seni itu kering. Sastra membuat saya berani berimajinasi, memikirkan sesuatu yang belum terpikirkan sebelumnya. Di situlah antara sastra dan inovasi berjumpa.

Saya ingin menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan saya. Karena sebagai trainer dan juga perumus digital strategy Anda harus menyeimbangkan dua hal ini.

Mendengarkan Musik yang Tak Biasa

Musik adalah hal lain yang menstimulasi saya untuk memunculkan inovasi. Saya selalu mengeksplorasi musik-musik yang tidak biasa, dari berbagai genre, dan sangat terbantu dengan Spotify. Spotify memberikan kesempatan saya untuk mengeksplorasi  tanpa batas genre baru untuk didengarkan. Inovasi menuntut kita keluar dari zona nyaman, maka salah satu pemicunya buat saya adalah musik yang didengarkan, karena ini juga akan membangkitkan imajinasi.

Mencoba Hal Baru

Saya selalu berusaha menambahkan satu hal baru dalam kehidupan saya tiap harinya. Hal baru itu tidak harus mahal. Hal baru bisa jadi sangat sederhana seperti, mencoba jalan baru yang tidak biasa, mencoba e-commerce baru, mencoba kafe baru, ikut kegiatan baru, mencoba merek sabun baru, mencoba metode baru dalam mengelola tim dll. Intinya adalah bagaimana keluar dari zona nyaman, dan menikmati kecemasan akan ketidakpastian ketika mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan. Karena digital itu selalu berubah cepat setiap saat, kalau tidak terus ikut berubah maka akan tertinggal.

Eksperimen Lalu Evaluasi

Digital mengajarkan satu hal buat saya, mari eksperimen dan evaluasi. Jadi di industri digital apabila ada ide-ide baru, baik itu datang dari diri saya sendiri, atau ide dari tim, teman dll saya akan menyambut dengan antusias. Saya pasti akan bilang, mari dicoba. Kalau berhasil mari dilanjutkan, kalau gagal ya sudah dihentikan, coba sesuatu yang lain lagi. Kalau terlalu banyak berpikir maka akan tertinggal, karena industri ini coba ini itu risikonya terbilang rendah, dan bisa langsung dievaluasi. Jadi kenapa tidak?

Itu beberapa hal yang saya lakukan, bagaimana dengan Anda? Ada yang mau menambahkan?

Penulis : Tuhu Nugraha Dewanto (Partner of excellence.asia)

 

Sumber: http://tuhunugraha.com/article/2016/07/05/digital-kompetisi-inovasi/

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *